Klorida adalah anion yang dominan diperairan laut. Sekitar 3/4 dari klorida (Cl2) yang terdapat dibumi berada dalam bentuk larutan. Unsur klor dalam air terdapat dalam bentuk ion klorida (Cl-). Ion klorida adalah salah satu anion anorganik utama yang ditemukan di perairan alami dalam jumlah lebih banyak daripada anion halogen lainnya. Klorida biasanya terdapat dalam bentuk senyawa natrium klorida (NaCl, kaliu klorida (KCl) dan kalsium klorida (CaCl2) (Effendi, 2000).
Jumlah klorin terikat dan klorin bebas di perairan merupakan residu total klorin (TRC). Penentuan TRC diperlukan dalam proses pengolahan air baku untuk keperluan domestik dan pengolahan limbah cair yang menggunakan klorin sebagai desinfektan, untuk mengetahui kadar klorin yang tersisa di perairan (Effendi, 2000).
Klorin sering digunakan sebagai desinfektan untuk menghilangkan mikroorganisme yang tidak dibutuhkan atau sering dikenal dengan istilah hama, terutama bagi air yang di peruntukkan bagi kepewntingan domestik. Beberapa alasan yang menyebabkan klorin sering digunakan sebagai desinfekatan. Klorin diperairan ada dua yaitu yang terikat dan yang bebas. Jumlah klorin terikat dan klorin bebas di perairan merupakan residu total klorin (Total Residu Chlorine/TRC). Penentuan TRC di perlukan dalam proses pengolahan air baku untuk keperluan domestik dan pengolahan limbah cair yang menggunakan klorin sebagai desinfektan, untuk mengetahui kadar klorin yang tersisa di perairan (Sastrawijaya, 1991)
Proses penambahan klor dikenal dengan istilah klorinasi. Klorin yang digunakan sebagai desinfektan adalah gas klor yang berupa molekul klor (Cl2) atau kalsium hipoklorit [Ca(Ocl)2}. Namun, penambahanklor secara kurang tepat akan menimbulkan bau dan rasa yang tidak enak atau menyengat pada air (Effendi, 2000).
Klorin diperairan ada dua yaitu yang terikat dan yang bebas. Jumlah klorin terikat dan klorin bebas di perairan merupakan residu total klorin (Total Residu Chlorine/TRC). Penentuan TRC di perlukan dalam proses pengolahan air baku untuk keperluan domestik dan pengolahan limbah cair yang menggunakan klorin sebagai desinfektan, untuk mengetahui kadar klorin yang tersisa di perairan (Sastrawijaya, 1991).
Keberadaan organisme laut pada suatu perairan, sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Faktor biotik yang berpengaruh diantaranya adalah produsen, yang merupakan salah satu sumber makanan bagi organisme laut. Adapun faktor abiotik adalah fisika-kimia air yang diantaranya: suhu, arus, oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen biologi (BOD) dan kimia (COD), serta kandungan nitrogen (N), kandungan klorinitas (Cl), kedalaman air, dan substrat dasar. (Anderton, 1997).
Air laut terdiri dari susunan garam-garam mineral, yang kita bagi menjadi dua kelompok besar, yaitu komponen mayor mineral dan kelompok minor mineral. Yang apabila komposisi garam-garam ini sesuai standart, maka berat jenis air laut bila diukur adalah 35 per mil (1.025). Sehingga komposisi garam-garam dalam air laut ini akan bisa mempengaruhi kadar klorinitas di perairan (Anderton, 1997).
Salinitas merupakan ukuran bagi jumlah berbagai zat padat terlarut dalam suatu satuan volume air dan dinyatakan dalam permil. Salinitas didefenisikan sebagai jumlah seluruh zat yang larut dalam 1 kilogram air laut dengan anggapan bahwa seluruh karbonat dalam telah diubah menjadi oksida, semua briomida dan ionida daganti dengan klorida dan semua zat organik mengalami oksidasi yang sempurna (Koesbiono, 1980).
Ciri paling khas pada air laut yang diketahui oleh semua orang ialah rasanya yang asin.Hal ini disebabkan karena didalam air laut terlarut bermacam-macam garam, yang utama adalah garam ( NaCl ) yang sering disebut garam dapur. Garam dapur ini banyak diproduksi oleh masyarakat dengan cara penguapan. Selain garam-garam klorida, di dalam air laut terdapat pula garaam magnesium, kalsium, kalium, dan lain-lain sebagainya. Dalam literatur oseanologi kita sering mendengar kata-kata salinitas. Salinitas adalah jumlah berat semua garam yang terlarut dalam satu liter air, biasanya dinyatakan dengan satuan permil (o/oo) (Nontji, 2002).
Salinitas didefinisikan sebagai jumlah zat yang terlarut dalam satu kilogram air laut. Pada saat garam-garam hancur dalam air, ikatan antara atom-atom dan beberapa molekul hancur sebab interaksi antara kisi-kisi kristalnya dan molekul air kemudian garam-garam dihancurkan dalam air dalam bentuk elektrolit atom-atom atau molekul-molekul yang disebut ion (Hutabarat dan Evans ,1984).
Adapun cara untuk mengukur salinitas adalah dengan menggunakan salinometer baik dengan menggunakan salinometer manual atau dengan salinometer elektrik dimana alat ini memiliki ketelitian yang tinggi dibanding dengan alat yang lainnya selain itu juga telah dikembangkan alat untuk mengukur salinitas dari kedalaman tertentu yaitu STD (salinity temperature deepth) yaitu alat untuk mengukur salinitas dan suhu berdasarkan kedalaman (Nontjie. A, 2002).
Pada laut terbuka salinitas bervariasi dari 33 – 37‰ dengan nilai salinitas rata- rata 35‰. Untuk salinitas permukaan perairan Indonesia berkisar 30 - 35‰ dan pada umumnya menunjukkan kenaikan nilai dari barat ke timur. Perairan pantai (Coastal Water) memiliki nilai salinitas di bawah 32‰., hal ini terjadi karena pengenceran yang terjadi karena adanya sungai- sungai (Sastrawijaya, 1991).
Menurut teori, zat- zat garam pada air laut berasal dari dalam dasar laut melalui proses outgassing, yakni rembesan dari kulit bumi di dasar laut yang berbentuk gas ke permukaan dasar laut. Kadar ini tetap tidak berubah sepanjang masa. Salinitas ini ditentukan dengan mengukur klor yang takarannya adalah klorinitas, dengan rumus (Romimohtarto, 2001).
Salinitas pada berbagai tempat dilautan terbuka yang jauh dari daerah pantai variasinya sempit saja, biasanya antara 34 – 37 ppm, dengan rata-rata 35 ppm. perbedaan salinitas lautan di daerah tropik lebih tinggi karena evaporasi lebih tinggi, sedangkan pada lautan di daerah salinitas rendah evaporasi lebih rendah (Nybakken, 1998).
Pengkajian kualitas perairan dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti dengan analisis fisika dan kimia air serta analisis biologi. Untuk perairan yang dinamis, analisa fisika dan kimia air kurang memberikan gambaran sesungguhnya kualitas perairan, dan dapat memberikan penyimpangan-penyimpangan yang kurang menguntungkan, karena kisaran nilai-nilai peubahnya sangat dipengaruhi keadaaan sesaat, menyatakan bahwa dalam lingkungan yang dinamis, analisis biologi khususnya analisis struktur komunitas organisme laut, dapat memberikan gambaran yang jelas tentang kualitas perairan (Nybakken, 1992).
DAFTAR PUSTAKA
Anderton, J. D, dkk, 1997. Kimia Dasar. Jakarta : Balai Pustaka, 175 ha
Effendi, H. 2000. Telaah Kualitas Air. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan FIKP, IPB. Bogor.
Koesbiono, 1980. Catatan Kuliah Biologi Laut. Fakultas Perikanan. IPB Bogor
Nybakken W James, 1988, Biologi Laut Suatu pendekatan Ekologis, PT. Gramedia, Jakarta.
Nontji, Anugerah. 2002. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.
Romimohtarto, Kasijian dan Juwana Sri, 2001, Bilogi Laut: Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut, Djambatan, Jakarta.
Sastrawijaya T,1991. Pencemaran Lingkungan . Rineka Cipta. Surabaya
lengkap dan jelas sekali
BalasHapusalfamart card