Powered By Blogger

Senin, 12 April 2010

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pemilihan Nutrisi Karang Serta Pertumbuhan Karang

A. Cahaya dan kedalaman
Dalam pemilihan nutrisi, ada dua sumber nutrisi pada karang yaitu heterotrofik dan autotrofik. Apabila cahaya menunjang (siang hari) karang lebih memilih nutrisi dari autotrofik karena karang menghasilkan nutrisi dari hasil fotosintesis zooxanthellae yang menyuplai energi ke polip karang sehingga ada energi yang diperoleh oleh karang untuk melakukan proses metabolisme untuk proses kalsifikasi dan pertumbuhan karang Zooxanthella memberikan makanan bagi karang yang dibentuk melalui proses fotosintesis, sebaliknya karang memberikan perlindungan dan akses terhadap cahaya kepada zooxanthella.. Apabila cahaya minim (tidak ada), karang lebih memilih heterotrofik, karang dapat menangkap makanan melalui phagotrophy (tentakel yang menangkap makanan yang lewat dan memasukkannya dalam mulut dimana makanan itu dicerna), dan melalui cilliary feeding (pengeluaran lapisan mucus yang menjebak partikel organik kecil yang dihembuskan ke mulut oleh rambut-rambut kecil yang disebut cilia). Coral mungkin mungkin juga mengambil bahan organic terlarut dari air laut untuk digunakan sebagai energi dasar. Terumbu yang dibangun karang hermatipik dapat hidup di perairan dengan kedalaman maksimal 50-70 meter, dan umumnya berkembang di kedalaman 25 meter atau kurang. Titik kompensasi untuk karang hermatipik berkembang menjadi terumbu adalah pada kedalaman dengan intensitas cahaya 15-20% dari intensitas di permukaan.
B. Suhu
pada umumnya, sebarang terumbu karang dunia dibatasi oleh permukaan laut yang isoterm pada suhu 20 °C, dan tidak ada terumbu karang yang berkembang di bawah suhu 18 °C. Terumbu karang tumbuh dan berkembang optimal pada perairan bersuhu rata-rata tahunan 23-25 °C, dan dapat menoleransi suhu sampai dengan 36-40 °C. Terumbu karang tidak terdapat di perairan di mana suhu musim dingin jauh di bawah standar yang telah di tulis di atas.
C. Salitinas
Terumbu karang hanya dapat hidup di perairan laut dengan salinitas normal 32­35 ‰. Umumnya terumbu karang tidak berkembang di perairan laut yang mendapat limpasan air tawar teratur dari sungai besar, karena hal itu berarti penurunan salinitas. Contohnya di delta sungai Brantas (Jawa Timur). Di sisi lain, terumbu karang dapat berkembang di wilayah bersalinitas tinggi seperti Teluk Persia yang salinitasnya 42 %.
D. Sedimentasi dan kecerahan
Sedimentasi merupakan salah satu pembatas pertumbuhan karang. Daerah yang memiliki sedimentasi yang tinggi akan sulit untuk menjadi tempat yang baik bagi pertumbuhan karang. Apabila proses sedimentasi sangat tinggi , pasti akan mempengaruhi kecerahan perairan sehingga intensitas cahaya yang masuk ke perairan terhalang oleh sedimen yang mengambang di kolom air. Ini akan berakibat pada fotosintesis yang dilakukan oleh zooxanthellae dan mempengaruhi pemilihan nutrisi pada karang. Apabila sedimen yang tersuspensi tersebut mengendap, pasti akan menutup karang yang ada di bawahnya sehinnga pertumbuhan karang terpengaruhi.
E. arus
Faktor arus dapat berdampak baik atau buruk. Bersifat positif apabila membawa nutrien dan bahan-bahan organik yang diperlukan oleh karang dan zooxanthellae, sedangkan bersifat negatif apabila menyebabkan sedimentasi di perairan terumbu karang dan menutupi permukaan karang sehingga berakibat pada kematian karang.
F. Gelombang
Gelombang merupakan faktor pembatas karena gelombang yang terlalu besar dapat merusak struktur terumbu karang, contohnya gelombang tsunami. Namun demikian, umumnya terumbu karang lebih berkembang di daerah yang memiliki gelombang besar. Aksi gelombang juga dapat memberikan pasokan air segar, oksigen, plankton, dan membantu menghalangi terjadinya pengendapan pada koloni atau polip karang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar